Rumit atau Merumitkan Diri





 Birokrasi terkadang sangat rumit dengan adanya keputusan-keputusan yang kadang tak masuk akal bagi masyarakat awam. Melansir dari beberapa media bahwa BPJS dapat cair pada umur 56 serta tak ada lagi pengelompokan didalamnya. Ntah, berangkat dari mana keputusan ini datang. Sehingga, menyebabkan para pekerja berbondong-bondong ke depan gedung kementrian ketenagakerjaan RI untuk menyuarakan hak nya.

Mengambil sebuah kebijakan tentunya bukan hal yang mudah. Selalu ada dampak yang ditimbulkan, baik dampak negatif maupun dampak positif. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana sebuah kebijakan tidak saling memberatkan. Seperti halnya, BPJS dapat dicairkan pada umur 56. Lalu, bagaimana nasib, orang-orang yang sakit dengan usia dibawah 56 tahun atau orang-orang yang membutuhkan pengobatan dibawah usia itu. Apakah ada yang menanggung nya? Permasalahannya ini merupakan hajat orang banyak. Kalau sampai terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan apakah dari pihak pengambil kebijakan akan bertanggung jawab juga?.

Merilis berita dari Sulut.Id, bahwa Kebijakan baru dikeluarkan pemerintah dengan mewajibkan masyarakat menyertakan kartu BPJS Kesehatan untuk sejumlah hal. Mulai dari membuat Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), jual beli tanah, hingga melaksanakan ibadah haji dan umrah. Hal ini tercantum juga dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Perihal pencairan BPJS belum usai terbitlah perihal terkait mewajibkan menyertakan kartu BPJS Kesehatan dalam sejumlah hal. Mulai dari membuat Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), jual beli tanah, hingga melaksanakan ibadah haji. Lalu bagaimana dengan masyarakat yang berada di pelosok yang tidak terjangkau dengan tekhnologi. Bahkan lampu saja tidak ada. Apakah keputusan ini akan berlaku sama? . Inilah yang menjadi sebuah PR terbesar. Berada dalam birokrasi jangan hanya terlena karena kedudukan. Tetapi lihatlah dengan hati nurani juga. Ela/Tulungagung

Komentar