Terbitnya nama Pujangga Baru tak lain adanya sebuah majalah sastra Indonesia yang diterbitkan pada bula Juli 1933 dilansir dari Wikipedia.com. Sehingga, pada bulan Februari 1942 akhirnya majalah ini di dirikan oleh tiga orang founder nya yakni: Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisjahbana(STA). Secara Ideologis, majalah Poedjangga Baroe mendukung sebuah Negara yang modern serta bersatu dibawah naungan bahasa yakni Bahasa Indonesia. Tetapi, didalam perjalananya pendirian penulisnya terhadap pandangan budaya, politik terhadap majalah ini mengalami kegoncangan. Sehingga, dalam menjamin kenetralan politik majalah ini menyandingkan tulisan dengan teori politik. Majalah ini juga menerbitkan gagasan-gagasan tentang polemic yang bertentangan mengenai pentingnya budaya Barat serta tradisi untuk Negara kedepan yang lebih baik.
Dilansir dari Wikipedia.com, bahwa selama sembilan tahun terbit, Poedjangga Baroe menerbitkan 90 edisi, yang memuat lebih dari tiga ratus butir puisi, lima buah drama, tiga buah antologi puisi, sebuah novel, berbagai esai, dan beberapa cerpen. Publikasi ini, yang tidak pernah mempunyai lebih dari 150 langganan, mendapatkan penerimaan yang beragam. Penulis muda memuji-mujinya karena dianggap mencerminkan keadaan sosio-politik pada zaman itu, sementara orang Melayu yang tradisionalis menolak penggunaan bahasanya, yang dianggap merusak ciri khas bahasa Melayu. Biarpun sebagian besar karya yang dimuatnya sudah terlupakan, tema dan gaya tulis yang menonjol dalam periode 1933 sampai 1942 membuat zaman itu disebut "angkatan Poedjangga Baroe" dalam periodisiasi sastra Indonesia.
Redaktur majalah "Memadjoekan Sastera" (bagian sastra dalam koran Pandji Poestaka) yakni Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Nah, berkaitan dengan pembentukan ini Armijn Pane mulai mengirimkan bebebrapa butir puisi serta mengirimkan sebuah surat meminta kritikus sastra baru serta mengundang Amir Hamzah untuk membentuk kelompok sastra. Setelah menyurati itu, akhirnya mereka mengambil keputusan untuk membentuk suatu majalah sastra bersama yang diberi judul dengan Poedjangga Baroe. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung kebudayaan modern dan nasionalisme melalui sastra. Tujuan terbitnya majalah ini pada awalnya untuk memajukan gaya bahasa serta sastra. Namun, perlahan ruang geraknua dikembangkan sehingga tujuan majalah ini menjadi “ pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan baru, kebudayaan persatuan Indonesia. Namun, menurut Sutherland para penulis Poedjangga Baroe lebih mengutamakan keperluan dan pendapat kaum intelektual yang modernis dan pro-budaya Barat; pembahasan keperluan sosio-politik masyarakat luas sangat langka.
Kemudian, dilanjutkan dengan angkatan 45 yakni merupakan sebuah periodisasi dalam sastra Indonesia yang memiliki corak sejak bangsa Jepang menjajah bangsa kita. Corak ini timbul karena adanya sebuah reaksi terhadap sebuah sastra yang menghamba terhadap pemerintahan Jepang. Beberapa sastrawan yang tergabung dalam Keimin Bunka Shidosho juga disebut-sebut sebagai kacung bangsa Jepang. Angkatan ini memiliki ciri khusus yakni lebih realis disbanding dengan karya angkatan sebelumnya yang memiliki corak yang sangat romantic dan idealis.
Pada perjalanannya, karya angkatan 45 diwarnai dengan pengalaman hidup serta gejolak politik, budaya pada saat itu. Sehingga, melhirkan gara sastra yang bersifat ekspresif, revolusioner dan bersifat nasionalis. angkatan 45 juga dikenal sebagai sastra yang bersifat wajar karena menggambarkan kehidupan sewajarnya dan memperkenalkan tokoh-tokoh dalam gaya yang dramatis, tidak mementingkan analisis fisik tetapi menonjolkan analisis kejiwaan melalui percakapan antar tokoh. Beberapa sastrawan angkatan 45 antara lain Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus, Achdiat Karta Mihardja, Trisno Sumardjo, dan Utuy Tatang Sontani.
Angkatan Mutakhir merupakan angkatan yang lahir pada tahun 70 an. Hal ini ditandai dengan tumbuh dengan sangat subur penulis dan buah penanya di bidang puisi dan drama. Dialansir dari Wikipedia.com, motif dasar pergeseran dari moderen ke mutakhir adalah perubahan dibidang wawasan, alur, gaya bahasa, penafsiran, tentang latar, serta bidang material dan sosial. Pada angkatan 70-an tumbuh dengan subur penulis dan buah penanya dibidang puisi dan drama. Motif dasar pergeseran dari moderen ke mutakhir adalah perubahan dibidang wawasan, alur, gaya bahasa, penafsiran, tentang latar, serta bidang material dan sosial. Laila/Tulungagung/ Sumber: Wikipedia.com
Penugasan:
1. Membuat Puisi dengan Tema Pramuka Masa Kini
2. Membuat 2 Pantun Masa Kini
Ketentuan :
1. Ukuran Kertas Folio jumlah 1-2 halaman diketik(spasi ganda) atau setara dengan 200-300 kata, karangan dapat pula ditulis dengan tangan.
Komentar
Posting Komentar