Sekali Ketemu, Ternyata Hanya Singkat

 

Gadis kelahiran Demak – Jawa Tengah serasa Kakak atau Mbakku selama di perantauan. Kami memang seumuran, Namun ternyata beliau lebih dewasa di banding saya. Ketika bersama terlihat sangat jelas sifat manja saya kepadanya. Kami dipertemukan oleh ketidak segajaan, Ketika awal memasuki kuliah saya ditampung disalah satu kos senior saya. Kemudian, Karena di kosnya beliau ada yang kosong sehingga, saya di rekomkan untuk kos bersamanya. Dari situlah kedekatan, kebersamaan kami mulai terjalin. 

Beliau merupakan orang yang sangat supel, mudah berteman, tetapi terkadang suka ceplas-ceplos. Salah satu sifat yang saya suka dengan beliau adalah sifat suka “ngemong” terhadap juniornya. Tak jarang, ketika semester awal beliau selalu mengajak untuk ke Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Terkadang kalau hari minggu pas lagi gabut diajak ke sunmor dll.

Hingga, pada akhirnya ketika saya duduk disemester tiga diajak beliau masuk ke salah satu Pondok Pesantren. Suka maupun duka selalu kami jalani bersama. Walaupun selama di Pondok Pesantren terkadang kami suka jalan-jalan secara diam-diam. Kadang pas lagi suntuk beliau ngajak keluar kemanapun asalkan keluar aja. Nah, waktu itu kami sempat jalan ke Tebing Breksi, Saya kira jalannya ya lumayan enak lah ya. Ternyata sesampai di atas ternyata jalannya sangat menanjak. Kami, pun takut kalau ndak bisa naik, akhirnya bisa sampai diatas walaupun harus pelan-pelan. Untungnya saat itu kami mengendarai motor yang bukan matic. Sehingga, rada aman dikit lah ya, jika digunakan untuk naik gunung.


Selain, kita sering cari mie ayam, makan bakaran pinggir rel, makan bakaran mbak santi, ke malioboro, kadang nge – Mall juga. Nah, versi kami yakni masuk ke Mall, kadang hanya melihat-lihat saja, terkadang cari makan habis itu pulang. Tapi, kalau nge-Mall atau ke Pasar Tradisional dengan Mbak Ku satu ini, Beliau selalu tidak lupa untuk membeli “cangcut. Apakah itu? Translatenya dibawah ini ya para pembaca?. Ternyata, sampai sekarang ketika saya berkunjung ke Pasar Tradisional atau Ke Toserba, ketika melihat barang tersebut langsung menuju ke Mbak Ku satu ini.

Terlepas, dari bahasan tentang “cangcut”, Beliau, lah yang pertama kali menemani saya untuk mengikuti sebuah audisi hijab hunt pada tahun 2016 silam. Beliau rela membolos kuliahnya pada waktu itu, hanya untuk menemani saya mengikuti seleksi hijab hunt. Beliau jugalah yang menjadi barisan terdepan yang selalu mengantarkan ke dokter disaat saya sakit selama di perantauan.

Selama kurang lebih empat tahun bersama ternyata, pengalaman yang kami tuliskan cukup banyak untuk dapat dikenang serta diceritakan untuk anak cucu kami nanti. Mbak, Terimakasih sudah menjadi Mbak atau KakakKu selama diperantauan. Menyempatkan bertemu walau hanya sebentar di Stasiun. Namun, Nyatanya itu sangat berharga untukku dapat mengobati rasa rinduku bersama mu Mbak. Walaupun sekarang sudah berjauhan dengan kesibukan masing-masing. Namun, saya berharap semoga kekeluargaan kami dapat kekal hingga di Surga-Nya nanti. Thanks Mbak. (Laila/Ela/Tulungagung)

Komentar

Posting Komentar