Konser Amal Sepanjang Musim Penghujan

 


Musim penghujan telah tiba, sudah tak ter elakkan lagi jika hujan dapat datang kapan pun di sepanjang hari. Apalagi saat ini memasuki pada bulan Desember. Kakek saya bilang bahwa, bulan Desember itu sama dengan "Gedhene Sumber" alias Besarnya Mata Air. Hal ini dapat ditafsirkan, bahwa hujan akan mengguyur di sepanjang bulan tersebut.

Nah, hal yang paling saya suka saat memasuki musim penghujan yakni, kita dapat menikmati konser amal gratis dari alam sekitar kita. Apa lagi coba? Pembaca tentunya sudah tidak asing lagi?. YappsYapps, Konser yang dilakukan oleh Mr. and Mrs. Kodok. So, yang bisa bersenandung bukan hanya manusia saja tapi Mr. and Mrs. Kodok juga bisa lho?.

Apalagi senandung yang dihasilkan ternyata dapat bersaing sama halnya manusia. Mr. and Mrs. Kodok beserta teman-temannya pada saat konser malam ternyata menggunakan prosedur standar dalam bermusik seperti halnya manusia. Paling tidak ada tiga tangga nada yang berbunyi, "Kung, Kong, Dot". So, jika ditulis dalam bentuk notasi menjadi 5-3-1 artinya sama dengan Sol-Mi-Do. Walaupun urutannya cuma begitu-gitu saja tetapi, masing masing. Mr. and Mrs. Kodok memiliki peranan yang sanngat penting. Karena, bukan hanya untuk berdua atau bertiga tetapi bisa se-kolam, se-selokan ataupun se-kampungnya.

Nah, selain tiga nada diatas ternyata dalam memainkan senandung Mr. and Mrs. Kodok juga memiliki perkusi layaknya konser besar. Adapun yang bertugas memainkan perkusi atau dengan bunyi "erek-erek" biasanya dimainkan kodok yang masih kecil.

Hal menarik dari Konser biasanya kalau manusia dilengkapi oleh manager. Tetapi, dalam konser amal Mr. and Mrs. Kodok yakni mereka dilengkapi dengan Tim Algojo atau Tim Eksekutor. Apasih tugas nya Tim ini?. Tentunya pembaca sangat bertanya-tanya.

Yaappps Tugas dari pada Tim Algojo/Tim Eksekutor yakni menangani teman-temannya yang salah nada. Ya, kalau manusia biasanya salah sedikit masih di toleransi kali ya?, Tapi berbeda dengan Mr. and Mrs. Kodok. Jika ada yang salah nada Tim Algojo langsung menangkap dan mengeksekusinya. Kalaupun lari, akan terus dikejar kemanapun ia pergi hingga mati kelelahan. Mungkin hanya sedikit di antara pelanggar nada yang bisa selamat, entah karena berhasil sembunyi atau ditolong alam semesta dengan berbagai cara. Tetapi intinya, jika salah nada, nyawa taruhannya. Itu hukum mereka, tak perlu dianalisis dengan hukum-hukum di Indonesia umumnya.
(Laila/Ela/Tulungagung)

Komentar