Tradisi piring terbang merupakan sebuah tata cara menghidangkan makanan dengan menggunakana pramu saji kepada seluruh tamu undngan. Biasannya tradisi ini digunakan pada acara besar seperti acara resepsi, pernikahan, acara doa bersama, hingga acara pengajian. Tradisi ini dikenal pada tahun 1980 an pertama kali di Solo Jawa Tengah.
Nah, Tradiai ini digunakan sebagai wujud menghormati dan menjamu tamu dalam sebuah acara misalkan pernikahan. Namun, tak jarang masyarakat saat ini lebih memilih menggunakan makanan prasmanan ketimbang dengan piring terbang. Menurut saya, menggunakan tradisi piring terbang ini merupakan salah satu cara kita untuk menjamu tamu pada acara tersebut.
Jadi begini, Pembaca setia ku Tradisi Piring Terbang itu bukan sebuah piring kemudian, di terbangkan atau dilemparkan. Tapi, tradisi piring terbang ini adalah sebuah istilah bahwa dalam menjamu tamu yang piring nya di antar oleh pramusaji dengan di taruh diatas pundak menggunakan nampan besar.
Namanya sih cukup unik Pembaca setiaku. Di Tulungagung sendiri masih menggunakan tradisi piring terbang hingga saat ini. Nah, kemudian apa sih yang membedakan tradisi piring terbang di Tulungagung Jawa Timur dan di Klaten Jawa Tengah?.
Kebetulan, dua hari yang lalu saya sempat menghadiri acara pernikahan salah satu kawan saya yang terletak di Klaten, Jawa Tengah. Saat saya duduk di sebuah kursi tiba-tiba masuklah beberapa gadis yang jalan dari arah tempat memasak. Gadis tersebut berdiri tepat disamping barisan. Nah, kemudian masukklah pemuda-pemuda dengan membawa nampan panjang yang berisi snack dan dibagikan oleh gadis tersebut kepada tamu undangan. Gadis dan Pemuda ini dinamakan "nyinom" atau dapat disebut laden atau bahasa Indonesianya pramusaji.
Hal yang paling membuat saya mencengangkan, saat saya duduk menjadi tamu undangan disajikan 4 makanan dengan durasi masuk sepuluh menit sekali . Pertama, masuk snack atau jajan basah yang dikemas kedalam mika. Kemudian, masuklah Sop Matahari atau Sop yang wajib ada di dalam pernikahan dan sebagai makanan pembuka. Lalu, yang ke tiga masuklah sepiring nasi dengan lauk telor bacem, oseng-oseng ayam cabe merah berbalut krecek, diatasnya terdapat krupuk beserta es krim di samping nya.
Jadi pembaca, usut punya usut ternyata di Jawa Tengah punya sebuah sistem menyajikan makanan yang dinamakan USDEK. USDEK memiliki kepanjangan
U = Unjukan (Minuman)
S = Sup (Makanan Berkuah)
D = Dhaharan (Makanan Berat)
E = Es
K = Kondur atau dalam bahasa Indonesianya Pulang
Nah, hal ini sangat berbeda di Tulungagung. Kalau di tempat saya biasanya snack diberikan saat memasuki tempat resepsi. Kemudian, saat tamu undangan sudah duduk baru diberikan Soto, atau sejenis Rawon. Setelah itu, baru dikasih Es Campur, Es Buah atau sejenisnya. Karena, semakin kesini yang punya hajat tidak mau ribet, Alhasil didalam wadah snack dilengkapi minuman kemasan seperti teh pucuk atau sejenisnya.
Dari tradisi ini dapat belajar bahwa, walaupun sama-sama orang Jawa tetapi, adat nya pun sangat beragam. Walaupun terkadang esensinya masih sama. (Laila/Ela/Tulungagung)
Wooowwww luar biasah
BalasHapus