Panen Raya Penyambung Lidah Kehidupan Masyarakat

 

Masyarakat di desa saya sangat identik dengan panen raya. Panen raya ini terjadi saat musim panen telah tiba. Masing-masing petani pergi ke “ngoro-ngoro” sebutan sebuah lahan persawahan yang ada di desa, untuk memanen tanaman yang sudah ia tanam dari tiga bulan yang lalu.

Musim panen menjadi salah satu penyambung lidah kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan, pada saat memanen jagung memerlukan tenaga yang sangat banyak. Mulai dari memetik jagung dari batang nya, kemudian dijadikan satu dan dibawa pulang kerumah untuk dikupas kulitnya. Setelah tahap pengupasan kemudian, jagung di jemur 1hingga 2 hari. Setelah jagung sudah kering kemudian, di giling dan dijemur lagi selama 1 sampai 2 hari. Setelah itu, jagung sudah bisa dijual ke pengepul.

Proses tersebut memerlukan banyak tenaga sehingga, melibatkan beberapa orang disetiap prosesnya. Pada tahap memetik hingga datang dirumah pemiliknya, biasanya memerlukan bantuan tenaga para laki-laki. Proses selanjutnya tahap pengupasan hingga menjemur memerlukan tenaga yang sangat teliti, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu disela-sela kesibukannya.

Pada musim panen raya, selain menjadi salah satu ajang untuk penyambung lidah kehidupan masyarakat. Musim ini juga menjadi salah satu pengerat kekeluargaan yang ada di masyarakat pedesaan. Rasa gotong-royong, kerjasama membaur menjadi satu tanpa melihat sebuah perbedaan. (Laila/Ela/Tulungagung)

           

 

Komentar

Posting Komentar