Perjalanan menemukan Mars Shubbanul Wathon melalui jalan yang sangat panjang. Bukan berarti karena saya terlahir dari kalangan Nahdlatul Ulama' akhirnya saya secara langsung mengislamkan diri saya menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama' .
Sewaktu saya masih usia 5 tahun saya mulai di masukkan ke dalam Taman Pendidikan Al-Qur'an atau biasa disebut TPQ kalau dirumah saya. Kemudian, berlanjut ke Madrasah Diniyah atau biasa disebut dengan MADIN. Nah, selama proses belajar di MADIN diajarkan berbagai macam kitab kuning baik yang sudah maknanan maupun yang masih gundulan.
Kemudian, berlanjut ketika masuk di Usia Remaja saya masuk kedalam sebuah Boarding School yang didalam nya juga mempelajari Kajian Kitab Kuning maupun Mengaji Al-Qur'an.
Nah, Setelah lulus dari Boarding School, melanjutkan Kuliah disalah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri di Yogyakarta.
Nah, pada semester satu dan dua maaih seperti mahasiswa biasanya mencari jati diri seorang mahasiswa dan minat bakat yang dimiliki. Kemudian, pada semester berikutnya mencoba untuk menggeluti dunia master of ceremony atau biasa di sebut MC.
Berawal dari dunia tersebut, beberapa kali diminta untuk memandu acara yang diselengarakan oleh pihak kampus. Salah satunya adalah festival sholawat se-Jawa Tengah terbuka. Pada festival ini di ikuti berbagai macam peserta mulai dari Remaja, Ibu-Ibu, Dewasa serta Anak-Anak.
Pada saat itu, Mars Shubbanul Wathon menjadi salah satu lagu wajib pada festival tersebut. Nah, dari sinilah saya mengenal Mars Shubbanul Wathon yang hingga saat ini masih di bumikan hingga berbagai penjuru dunia. Pencarian yang sangat panjang inilah, akhirnya menjadi sangat berkesan hingga saat ini dan detik ini.
Akhirnya, selama dua hari memandu acara festival tersebut, saya mulai mencari-cari kandungan isi serta pesan di dalam mars tersebut dan memperdalam serta menerapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Laila/Ela/Tulungagung)
Mantabb
BalasHapus