Cerpen

  "Titik Nol"

 

Permata merupakan nama panggilan sehari-hariku. Setiap hari saya menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan mulai dari mengajar di bimbingan belajar. Saya merupakan anak tunggal yang terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Setelah, menamatkan gelar sarjana saya memutuskan untuk kembali ke kota kelahiran saya. Walaupun berat tetapi saya harus kembali, serta melanjutkan mimpi-mimpi yang sudah terpendam sejak lama. Nyatanya merantau itu merupakan sebuah pengalaman yang sangat indah. Mengajarkan tentang arti sebuah kemandirian, menghargai sesama, toleransi, serta mencintai dan merekatkan kedekatan dengan orang tua dan anak disaat pulang dari perantauan.

Hari itu, angina berhembus sangat kecang, ku terdiam duduk di sebuah teras rumah yang terdapat dengan berbagai macam bunga hias disampingnya. Tak jarang membayangkan sebuah mimpi-mimpi yang pernah ku tuliskan didalam selebaran buku diaryku. Sore itu, terdiam sepi namun, dunia yang berada disekitar kita tetap berputar dan masih banyak aktifitas yang dilakukan oleh orang sekitar. Tetapi, sore itu saat saya mencoba perlahan berjalan menuju ke gang dekat rumahku, dunia ini terasa kosong dan hampa. Rasa apakah ini? Atau Kalian pernah mengalami?

Kring…..Kring…… berbunyilah telepon genggamku

“Hallo Selamat sore?, Ada yang bisa saya bantu?” Ujar permata dengan nada panik…

“Selamat sore? Baik dengan Kak Permata?” Jawab Titi

            “Iya dengan saya sendiri.” Jawab Permata

            “Perkenalkan saya Titi dari Psikiater mau berbicara sebentar apa bisa?” Jelas Titi.

            Permata pun sontak terkejut karena ia selama ini merasa tak pernah konsultasi dengan Psikolog ataupu Psikiater. Tapi tiba-tiba kok ada yang menghubungi, Ia pun terdiam dan merasa sangat kebingungan.

            “Taraaaaaaaa, Permata serius banget sih?”, Titi sambil mengejek Permata

            “Astaga Titi, apaan sih? Gak lucu tau?”, Permata dengan nada sangat sebel

            “Ya, Maap Permata. Habisnya kamu itu di telpon serius amat sih? Yaudah deh gue kerjain sekalian. “ Ledek Titi

“Ti, Tau gak sih sore ini aku berada pada sebuah ruang yang sangat hampa sekali, kira-kira kenapa ya Ti?” Tanya Permata

“Ya itu, Permata namanya kamu sedang berada pada Titik Nol ?” Jawab Titi

“Bukannya Titik Nol itu berada pada sebuah awalan saja?” Tanya Permata

“Ya, enggak Permata, Titik Nol itu selain berlaku untuk memulai, tetapi iya juga berlaku dalam mengakhiri sesuatu juga. Aku dulu pernah berada di posisi kamu Permata, Namun aku perlahan mencoba untuk bangkit serta mencoba menerima dan menjalani hari-hari ku dengan sangat enjoy”. Terang Titi.

“Tapi, Ti…..” dengan nada sangat lirih Permata

“Gini lho Permata, kamu itu juga harus belajar. Dimanapun, kapanpun kamu selalu mengalami yang namanya titik nol. Jadi sudah tak bisa dipungkiri lagi, Titik Nol itu bukan akhir dari segalanya. Namun, dari Titik Nol ini kamu dapat memulai mencintai sesuatu dari hati, mulai mencoba menjadikan itu sebagai tempat singgah disaat kau mesakan sebuah kepenatan bahkan bisa menjadi sebuah tempat untuk kamu pulang dan mencurahkan segala kerinduanmu.” Jelas Titi sembari memotivasi sahabatnya

“Iya, Sih Ti, aku sepertinya kali ini harus sepakat dengan dirimu” Tutur Permata

“Iya dong, harus sepakat dong” Ujar Titi sambil tertawa

Usai, menerima telpon dari sahabatnya, Permata pun mulai memikirkan apa yang sudah di bilang sahabatnya. Sepertinya memang bukan saat yang pas untuk berlama-lama terkurung dalam sebuah masa lalu ataupun kenangan yang sudah terlewatkan dengan begitu saja. Laila/Tulungagung

Sekian, Cerpen ini jika ada kesamaan nama atau tempat ini merupakan sebuah cerita fiktif saja. Terimakasih sudah membaca dan jangan lupa tinggalkan komentar di kolom komentar. Silahkan tunggu kelanjutan dari cerpen ini dalam beberapa waktu kedepan. Terimakasih.

 

 

 

 


Komentar

  1. mantab laila Co semangat berkarya nyata :) salam hangat dari Boyolali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantab, Mantab, Terimakasih selalu mendukung tanpa batas pokok e😍😍
      Kritik, Saranmu slalu ku rindukan

      Hapus
  2. Ditunggu cerpen-cerpen selanjutnya

    BalasHapus
  3. Menuju tak terbatas dan melampauinya😍
    Bangga tapi sithik😥😥

    BalasHapus

Posting Komentar