Konspirasi Pandemi Covid-19


 Setahun sudah dunia mengalami pandemi, berada pada kondisi yang serba sulit. Awal tahun 2020 tepatnya bulan Maret Indonesia di gemparkan dengan keberadaan kasus Virus Covid-19 untuk yang pertama kalinya. Hingga saat ini kasusnya semakin meningkat.

Sehingga muncullah sebuah reaksi atau tanggapan yang sangat beragam di permukaan. Untuk mengidentifikasi dengan jelas reaksi tersebut dapat dipetakan menjadi beberapa kelompok diantaranya:
Pertama, Bagi mereka yang menolak dengan keberadaan Virus Covid-19. Tentunya tidak mempercayai bahwa, di balik terjadinya sebuah peristiwa global ini terjadi secara alamiah begitu saja. Mereka menyakini bahwa di balik beberta yang menghebohkan dan menggemparkan terkati Covid-19. telah terjadi sebuah grand design dan intervensi the invisible.
Kelompok penolak ini biasanya mengembangkan sejumlah teori konspirasi kemudian, menuduh keterlibatan sejumlah tokih publik baik dari pemerintah maupun swasta serta sejumlah kebijakan yang dihasilkan. Argumen-argumen yang di hasilkan itu disusun dengan rapi dan di naikkan di publik menjadi sebuah tayangan hingga para penontonnya mempercayainya.
Berkembangnya asumsi-asumsi publik ini, muncullah sebuah pengikut. Dari pengikut inilah yang menyebar luaskan gagasan penolakan di berbagai jaringan media sosial maupun dari mulut ke mulut, perlahan menyebar ke publik.
Kedua, Melihat dari perspektif sejarah
setidaknya dapat memperbaiki sejumlah kesalahan berfikir tentang pandemi Covid 19 dan sejumlah rekayasa yang telah dipersiapkan oleh sejumlah kelompok kepentingan tertentu.
Fenomena pandemi bukanlah fenomena yang baru. Sebab, sebelumnya juga pernah terjadi walaupun gejalanya sedikit berbeda diantaranya :
Tahun 1347-1351, Eropa mengalami pagebluk yang dikenal dengan Black Death (Wabah Hitam), Pada tahun 1918-1919 sebuah virus menyebar ke penjuru dunia yang dikenal dengan Pandemi Flu Spanyol, Pada tahun 2002-2003 muncul pandemi bernama Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) yang disebabkan oleh SARS-CoV.
Situasi ketidakpastian ini, membuat sebagian orang mencari sebuah jawaban serta penjelasannya. Sehingga teori konspirasi yang dilahirkan dan dianut kerap kali dipercaya sebagai obat yang mampu menyembuhkannya.
Namun, kemunculan teori ini membuat bimbang masyarakat. Sehingga dapat memperkeruh sebuah keadaan serta menyebabkan disinformasi di kalangan masyarakat.
Kesadaran kritis terhadap berita-berita yang cenderung menimbulkan histeria dan diisinformasi yang diproduksi penganut teori konspirasi harus menjadi bagian dari proses literasi di masa pandemi. Sebab, literasi di masa pandemi menjadi semacam proses vaksinasi kesadaran bagi mereka yang terjangkiti virus teori konspirasi.
Selain itu, sangat diperlukan juga proses mengedukasi dirinya sendiri mengenai apa dan bagaimana Covid-19 dan pentingnnya gaya hidup di era new normal. Sehingga, masyarakat dapat memilah-milah informasi yang ia dapatkan. (Laila)

Komentar

Posting Komentar